Mengisahkan perjalanan cinta, cita, kekocakan dan kepolosan seorang
gadis lugu diatas Bus Umum PUSPA INDAH. Menjadi juara adalah ambisinya, namun
tak semudah membalikkan tangan. Ia harus mencari dulu jati dirinya yang
sebenarnya. Ditahun pertamanya sekolah di kota mengantarkannya pada masalah
yang bertubi dari masalah pondok, pertemanan kelas, tangis pertamanya di
sekolah, sampai kisah cinta dan citanya. Di tahun pertama itu ia dipertemukan
dengan seorang anak laki-laki yang cukup membuatnya terkesan. Berangan dapat
mengenalnya meski sedikit mustahil, tak membuatnya lekas putus asa. Semuanya
kembali pada takdir, takdir mempertemukan mereka berdua di saat senja bersinar
indah.
Sejak saat itulah
kisah panjang dimulai, berkeinginan segera mewujudkan impiannya sebatas
mengenal laki-laki itu ternyata terhalang oleh waktu dan kesempatan. Meski
mereka satu sekolah namun waktu selalu memisahkan mereka. Hingga akhirnya si
gadis mengenal laki-laki lain yang justru akan membawa kesedihan dikisah
hidupnya. Melewati beberapa tikungan akhirnya si gadis lugu itu berhasil
mengenal anak laki-laki itu. Namun baru mengenal beberapa hari, kini anak
laki-laki itu harus meningggalkan sekolah karena ia sudah lulus dan akan masuk
ke universitas.
Perpisahan kini
membentang, dan sudah saatnya untuk mewujudkan cita, cita menjadi seorang juara.
Ditengah-tengah perjalanan penemuan jati dirinya sebagai seorang seniman,
membawanya mengenal sosok baru yang mengajarkan banyak hal dari seni, cinta,
cita, dan impian. Melewati itu semua ia baru sadar bahwa ada yang lebih
berharga dibanding menunggu pada sesuatu yang tidak ada.
Dari pada harus
terlarut dalam sebuah penantian, kini ia telah selangkah didepan kemenangannya.
Berkat bantuan sosok baru itu si gadis lugu berhasil menjadi juara dan akan
mewakili untuk perlombaan yang lebih besar. Namun kini mereka telah berpisah,
dan memaksa si gadis lugu untuk pergi ke Malang demi sebuah ilmu. Tapi dibalik
itu semua ia tak bisa menutupi kerinduannya pada sosok laki-laki itu. Perjalanan
pertamanya ke Malangpun dimulai, melewati ribuan rintangan dan kenangan.
Tapi bukanlah
bunga yang ada, hanya sakit hatilah yang berlalu. Kejadian yang tak pernah
bayangkan sebelumnya, dan kini hanya membuatnya sakit hati. Melewati
mimpi-mimpi ia putuskan untuk meninggalkan semua tentang cinta, dan hanya
bermimpi tentang cita. Di tahun yang sama siapa yang menyangka si gadis lugu
itu menjadi juara di perlombaan se jawa bali. Mengalami ribuan rintangan tuk
mencapai sebuah kemenangan tak pernah ia lupakan.
Tak disangka pula
sekarang sudah saatnya memilih universitas kemana ia akan melanjutkan
sekolahnya. Keputusannya untuk melanjutkan sekolah di ISI JOGJA memang benar.
Ia memutuska untuk menjadi seorang seniman yang benar- benar seniman. Di
tengah-tengah itu semua muncul permasalahan, sahabat gadis lugu itu ternyata
mencintai laki-laki itu. Membuat si gadis lugu semakin bingaung di atas cita
segitiga itu.
Tahun- tahun baru
bersama kisah baru, sekarang si gadis tlah menjadi mahasiswi. Keputusannya
kuliah di Jogja tak lain juga untuk mengjauh dari laki-laki itu, dan menutupi
kesedihannya tentang perasaan sahabatnya itu. Lama tak mendengar kabar sosok
baru itu, tanpa disangka mereka bertemu lagi di Paris saat si gadis lugu
mengikuti program Summar Camp di Sorbonne University. Dan karena pertemuan
itulah si gadis lugu baru menyadari bahwa sosok baru jauh llebih mengenalnya
terlalu dalam.
Janji untuk saling
bertemu di tahun berikutnyapun terucap, sosok baru itu telah memiliki kehidupan
yang baik di Paris. Dan bukannya sebuah kebahagian yang ia dapat tapi sebuah
pengorbanan untuk dua orang sahabat yang sangat ia sayangi. Dan kebahagiaan
abadi yang ia rasakan bahkan di ujung nafas terakhirnya.