Disenja malam
minggu itu Zahra gadis kecil yang baru kelas X SMA baru pulang sekolah, ia
pulang agak sore karena masih ikut ekstra kurikuler di sekolahnya. Setelah
menunggu cukup lama bus arah kota Batu tak datang juga, hingga akhirnya
terdengar suara adzan maghrib dan ia memutuskan untuk sholat terlebih dahulu di
masjid yang terletak di depan halte. Seusai sholat ia segera bergegas menuju
halte disana ia bertemu dengan seseorang yang mengenakan seragam sekolah sama
dengannya
“hah, siapa ia? Pasti anak laki-laki
itu satu sekolah denganku” gumam Zahra dalam hati
Zahra adalah
gadis yang konyol dan suka membuat khayalan, pada ertemuan pertamanya dengan
anak laki-laki itu Zahra berangan bahwa ia dapat mengenal anak laki-laki itu,
meskipun ia tahu bahwa ia adalah seniornya.
Hari-hari berlalu Zahra heran
mengapa ia tak pernah bertemu dengan anak laki-laki yang ia temui disenja itu
padahal mereka itu satu sekolah. Zahra tak pernah bertemu dengan anak laki-laki
itu hampir setengah semester. Hingga akhirnya disenja kedua dan ditempat yang
sama bersama temannya Rifa, Zahra bertemu lagi dengan anak laki-laki itu. Zahra
sontak kaget dan salah tingkah
“kamu kenapa ra?” tanya Rifa
“Sssst, ada anak yang pernah aku
ceritakan kepadamu”
“hah, senior kita itu?”
“iya”
“huich”
Bus jurusan
kota Batu pun akhirnya datang, sore itu bus sedikit ramai. Namun anehnya Zahra,
Rifa, dan anak laki-laki itu saja yang tidak dapat duduk, akhirnya mereka
bertiga berdiri. Sepanjang perjalanan Rifa dan Zahra saling bergurau, hingga
akhirnya Rifa menantang Zahra untuk menyapa Seniornya itu. Setelah cukup lama
akhirnya Zahra berani menyapa senior tersebut
“emb, kak nanti turun mana?” tanya
Zahra
“apa dek, maaf gak dengar” jawab
senior itu
“nanti turun mana?”
“owh Batu dek”
“emb” jawab Zahra sambil
mengembangkan senyum di bibirnya
Setelah
kejadian malam itu, hari-hari Zahra berubah. Ia sekarang menjadi dekat dengan senior-seniornya. Ia
juga dekat dengan salah satu senior perempuan namanya Rizky yang lumayan mengerti
tentang anak laki-laki itu. Rizky juga memberitahu bahwa nama anak laki-laki
itu adalah Zaki. Namun Zahra merasa sedikit aneh, karena mengapa Rizky sangat
tahu tentang Zaki. Waktu bergulir tak terasa Zaki akan segera menghadapi UNAS,
Zahrapun mendo’akan yang terbaik untuk Zaki. Setelah UNAS Zaki dan Zahra
menjadi semakin dekat, namun kedekatan itu rasanya harus sedikit berkurang
karena sekarang Zaki kuliah di salah satu Universitas terkemuka yakni
Universitas Brawijaya jurusan Sastra Inggris. Perbedaan jarak dan dimensi pun
menjadi ujian untuk Zahra. Yang ia ingat hanyalah janji Zaki
“Just think about me, because I’m
here in the other side of you”
Yang berarti “hanya pikirkan aku
karna aku masih disini di sisi lain darimu”
Setelah
setahun lamanya sekarang giliran Risky yang lulus. Ia juga bercerita bahwa ia
akan satu Universitas dengan Zaki, namun yang paling tidak disangka saat Rizky
bercerita
“tak terasa sudah setahun aku
merajut persahabatan dengan adik kelas lucu sepertimu”
“hahaha, iya-ya kak” jawab Zahra
“emb, dan tak terasa juga setahun
lamanya aku menyimpan rahasia dan sakit hatiku padamu”
“hah, maksudnya kak?” tanya Zahra
yang kaget
“emb, kak Zaki pernah bilang jika
memang kamu mecintainya maka tunggulah sampai ia berumur 23 tahun dan ia akan
melamarmu”
“ha?”
“dan sebenarnya aku juga suka dengan
kak Zaki sejak aku masih kelas X sama sepertimu. Namun ternyata kamu yang lebih
beuntung kamu mampu mendapatkan hatinya sedang aku hanya menjadi sahabatnya,
hal itu memang membuatku sakit”
“tapi kan kakak sudah sama kak Bayu?
Maksud kakak apa?” tanya Zahra
“huch, kak Bayu itu hanyalah
pelampiasan soalnya dia itu teman dekat kak Zaki”
“apa? Kak”
“oh ya dek aku mau tanya sesuatu,
tapi kamu harus jawab dengan jujur”
“tanya tentang apa?”
“aku kan mau kuliah satu Universitas
dengan kak Zaki, seumpama nanti kak Zaki jadian sama aku bagaimana?”
“hech, memangnya kakak setega itu
sama aku”
“ini masalah perasaan dan takdir
dek”
“hemb, biar takdir yang menjawab”
jawab Zahra
“kalau begitu menjauhlah sejauh
mungkin dari hidupku dek”
“he” (Sedih)
Setelah
kelulusan kak Rizky, kini giliran Zahra naik kelas XII dan akan menghadapi
UNAS. Meski ia tahu bahwa kini kak Rizky dan kak Zaki satu Universitas, ia
berusaha masalah itu tak mengganggu konsentrasinya. Hingga suatu hari ia tahu
lewat akun facebook kak Rizky bahwa kini kak Zaki dan kak Rizky sudah jadian. Hal
itu sedikit membuat Zahra terpuruk, karena bagaimana mungkin ambisinya tuk
mengenal seseorang yang ingin ia kenal sejak pertama bertemu dan angan untuk
dapat menyusulnya harus ia usaikan karena ambisi orang lain. Dan akhirnya Zahra
memutuskan untuk tidak jadi kuliah di Universitas yang sama dengan Zaki dan
Rizky, ia kuliah di provinsi lain yakni Jogja sesuai permintaaan Rizky yang
menginginkan Zahra untuk menjauh.
Hingga tak terasa enam tahun telah
berlalu, seperti biasa menjelang hari raya Idul fitri Zahra pulang kampung.
Zahra turun di stasiun kereta api, kemudian ia naik bus jurusan kota Batu.
Siang hari itu hanya tinggal satu bangku yang tersisa, Zahra duduk disamping
seorang pria yang terlihat begitu sibuk dengan bukunya. Dan saat ditanya oleh
kondektur bus ternyata pria itu juga turun kota Batu
“Kamu juga turun Batu?” tanya pria
itu
“iya” jawab Zahra sambil tersenyum
“masih kuliah ya?”
“iya”
“dimana?”
“di ISI Jogja”
“wach kok jauh?”
“iya, kakak sendiri kuliah atau
sudah kerja?”
“aku sudah kerja”
“emb dimana?”
“di INEST Hotel and Group”
“lho sama Jogjanya dong. Wach pasti
kakaknya pintar bahasa Inggris” gurauZahra
“hemb biasa saja”
“alumni dari mana?”
“sastra Inggris UB”
“UB?” tanya Zahra dengan sedikit
terkejut.
Sejenak Zahra terdiam karena
laki-laki itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah berjanji namun
dikhianati.
“kenapa diam? Dulu SMAnya mana?”
tanya pria itu
“SMA 1, kenapa?”
Sejenak suasana menjadi henign,
Zakipun juga terdiam karena ia teringat akan seseorang yang ia tunggu sejak ia
berumur 17 tahun. Sedang Zahra bingung apakah pria itu benar-benar Zaki, dan
tiba-tiba saja air mata menetes dari mata Zahra
“hik-hik jangan bilang kalau kamu
itu Zaki?”
“dek” jawab Zaki dengan nada cemas
“haha bagaimana hubungan kakak
dengan kak Rizky masih langgengkan?” tanya Zahra menghibur diri
“dek, aku gak bermaksud”
“sudahlah kak aku ikhlas kok,
mungkin memang kalian berjodoh”
“gak dek Rizky hanya terjebak oleh
ambisinya, ia mencintaiku bukan karena Allah dan aku gak pernah mengingkari
janji. Aku akan tepati janjiku enam tahun yang lalu aku akan melamarmu”
Zahra hanya
terdiam dengan air mata yang sudah hampir penuh ia tampung. Zakipun
mengeluarkan sekotak kecil yang berisikan cincin dan ia berikan itu pada Zahra,
kini Zaki telah menepati janjinya enam tahun yang lalu yakni melamar Zahra.
Namun takdir berkata lain, tiba-tiba saja bus yang Zaki dan Zahra mengalami ban
selip dan menabrak pohon. Dalam kejadian tersebut Zahra mengalami benturan yang
cukup keras di kepalanya, hingga ia harus dirawat dirumah sakit. Zakipun selalu
mendaminginya, dan setelah dirawat selama tiga hari Zahra menginginkan Rizky
untuk menjenguknya
“kak Zaki terima kasih kau tlah
tepati janjimu”
“aku gak akan pernah mengingkari
janji suci itu”
“rasanya kebahagianku lengkap sudah,
namun tinggal satu kebahagian yang belum terwujud”
“apa itu?” tanya Zaki
“aku ingin bertemu kak Rizky”
“jika memang kamu ingin bertemu
dengan Rizky akan aku suruh ia kesini”
Rizkypun datang untuk menjenguk
Zahra, dengan suara yang bergetar Zahra memegang tangan Zaki dan Rizky
“kak Zaki terima kasih telah ajarkan
aku arti Cinta, dan kak Rizky terima kasih pula telah ajarkanku arti keikhasan”
“dek” jawab Zaki dan Rizky dengan
nada cemas
“dan sekarang atas nama Cinta dan
Keikhlasan aku menginginkan kalian bersatu”
0 komentar:
Posting Komentar